Header Ads

Header ADS

BPOM Pastikan Obat Batuk Sirup Sebabkan Kematian di India Tidak Beredar di Indonesia

 


Sirup obat batuk yang diduga berhubungan dengan kematian sejumlah anak di India tidak tersedia di pasar Indonesia.


Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) menegaskan bahwa obat batuk sirup yang diduga berhubungan dengan kematian 14 anak di India tidak tersedia di Indonesia.


"Kami dapat memastikan bahwa obat tersebut tidak ada di pasaran Indonesia," kata Deputi Bidang Pengawasan Obat, Narkotika, Prekursor, dan Zat Adiktif BPOM, William Adi Teja di kantor BPOM Jakarta, Selasa (7/10) seperti diberitakan Antara.


Sebelumnya, Kementerian Kesehatan India melaporkan bahwa hasil uji laboratorium terhadap sampel sirup dikonsumsi anak-anak yang meninggal menunjukkan adanya kontaminasi dietilen glikol (DEG) melebihi ambang batas yang ditetapkan. Salah satu obat batuk sirup yang dikonsumsi adalah Coldrif, yang diproduksi oleh Sresan Pharma di Tamil Nadu, India.


"Sampel-sampel tersebut menunjukkan kadar DEG yang melampaui batas yang diizinkan," kata Kementerian Kesehatan India pada 4 Oktober 2025.


BPOM Imbau Industri Farmasi Perketat Cara Produksi

Setelah mendengar laporan mengenai kematian sejumlah anak di India yang diduga disebabkan oleh konsumsi obat batuk sirup, BPOM mengambil langkah untuk mengingatkan industri farmasi agar lebih ketat dalam proses produksi.


"Kami juga akan melakukan langkah-langkah ke depan, seperti mengimbau industri farmasi untuk memperketat cara produksi dan pemilihan bahan baku yang sesuai standar," jelas William.


Selain itu, industri farmasi juga diminta untuk meningkatkan pengawasan dalam proses produksi, pengemasan, dan distribusi produk.


Belasan Anak di India Diduga Meninggal Akibat Obat Batuk Sirup

Kasus ini mulai terungkap pada pertengahan Agustus di daerah Chhindwara, Madhya Pradesh. Kematian pertama dilaporkan pada awal bulan September, diikuti oleh enam anak di bawah usia lima tahun yang meninggal akibat gagal ginjal dalam waktu dua minggu setelahnya.


Semua anak tersebut memiliki gejala yang sama, yaitu batuk pilek dan demam ringan. Dokter di sekitar telah memberikan resep obat, termasuk sirup untuk batuk. Namun, dalam beberapa hari, kondisi mereka semakin memburuk dan terjadi penurunan produksi urine. Mereka kemudian didiagnosis dengan infeksi ginjal, dan sayangnya, beberapa hari kemudian, mereka meninggal dunia, seperti yang dikutip oleh NDTV.


Hasil biopsi ginjal menunjukkan adanya dietilen glikol, yaitu zat kimia beracun yang sering dikaitkan dengan kasus keracunan obat. Temuan ini menimbulkan kekhawatiran yang mendalam mengenai keamanan obat-obatan yang diberikan kepada anak-anak tersebut.


Masyarakat pun mulai mempertanyakan kualitas dan pengawasan terhadap obat-obatan yang beredar di pasaran. Kejadian ini menjadi pengingat pentingnya perhatian terhadap komposisi dan dampak dari obat yang digunakan, terutama pada anak-anak. Dengan adanya insiden ini, diharapkan pihak berwenang dapat lebih ketat dalam melakukan pengawasan terhadap produk-produk farmasi agar kejadian serupa tidak terulang di masa mendatang.


TEBAK SKOR BOLA BERHADIAH UANG 1.5 JUTA RUPIAH , KLIK DISINI !!!


Diberdayakan oleh Blogger.