Header Ads

Header ADS

Erick Thohir Curhat Jepang Ogah Beri Akses Teknologi ke RI

 


Alih teknologi disebut jadi alasan pemerintah lebih pilih Cina ketimbang Jepang dalam ekosistem kendaraan listrik.


Menteri BUMN Erick Thohir mengungkap alasan pemerintah memilih menjalin kerja sama dengan perusahaan Cina dalam pengembangan ekosistem kendaraan listrik (EV) di Indonesia, alih-alih menggandeng Jepang yang telah lama mendominasi pasar otomotif nasional.


Dalam pidatonya di Green Impact Festival, Kamis (23/7/2025), Erick menyebut Jepang tidak membuka akses teknologi, bahkan untuk komponen sederhana seperti karburator motor.


"Karena Jepang bikin motor di Indonesia, sampai hari ini kaburatornya belum dikasih idenya.Nah, alih teknologi ini yang kita coba tawarkan dengan partner kita.Dan hari ini IBC (Indonesia Battery Corporation) bersama beberapa partner mulai membangun," ujar Erick di Jakarta Theatre.


Lantaran itu lah, Indonesia memilih membangun kemitraan strategis dengan sejumlah perusahaan asing, termasuk dari Cina. Melalui IBC, pemerintah kini telah menjalin kerja sama dengan Seatel dari Cina, serta Vale yang berkolaborasi dengan Ford dan Volkswagen.


"Dan hari ini IBC bersama beberapa partner mulai membangun. IBC dengan Seatel China.Lalu juga Vale, kemarin ada komitmen dengan Ford dan Volkswagen.Artinya industri mulai ada. Karena kenapa? Kita mesti shifting.Kita bukan anti mobil bensin.Karena kita tidak tahu nanti pola industri kita seperti apa," ujar Erick.


Ia menegaskan bahwa kebijakan ini bukan sekadar investasi, melainkan upaya jangka panjang untuk mewujudkan kemandirian energi dan menjaga keberlanjutan lingkungan.


Erick juga menyinggung langkah pemerintah dalam memperluas proyek energi hijau, salah satunya pembangunan floating solar panel di Danau Cirata. Menurutnya, Kementerian BUMN telah mendorong perubahan regulasi agar penggunaan danau untuk pembangkit tenaga surya bisa diperluas dari 5 persen menjadi 20 persen.


"Ini impact-nya luar biasa.245 ribu rumah yang bisa mendapatkan listrik hijau. Bayangkan kalau di seluruh danau Indonesia kita bisa lakukan terobosan ini.Jadi kebijakannya sudah ada, tinggal investmentnya kita dorong," kata Erick.


Kementerian BUMN, lanjutnya, juga menerapkan berbagai kebijakan efisiensi energi di lingkungan internal, mulai dari pelarangan plastik sekali pakai, sistem kerja paperless, penggunaan lampu LED sensor gerak, hingga penerapan internal carbon pricing.


"Kami bahkan menghitung jejak karbon dari perjalanan dinas. Bagi sebagian tim saya ini cukup menyebalkan, tapi ini adalah komitmen," ujarnya.


Erick menekankan, keberhasilan transisi energi dan ekonomi hijau tidak hanya bergantung pada kebijakan pemerintah, tetapi juga pada partisipasi masyarakat, terutama generasi muda.


“Kami para senior hanya bisa membuat kebijakan. Tapi kalau generasi muda tidak mendukung atau tidak mengoreksi kebijakan yang salah, maka itu tidak akan berdampak,” pungkasnya.


TEBAK SKOR GRATIS BERHADIAH UANG 1.5 JUTA RUPIAH , KLIK DISINI !!!


Diberdayakan oleh Blogger.