Header Ads

Header ADS

Tanggapi Siswa Keracunan Massal MBG, Cak Imin: Saya Minta BGN Benar-Benar Tuntaskan Masalah

 


Diketahui, data pelajar korban keracunan MBG tembus mencapai angka 5.000 orang dan terbesar di Jawa Barat.


Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Muhaimin Iskandar alias Cak Imin meminta dilakukan evaluasi terkait banyaknya siswa yang keracunan setelah menyantap Makanan Bergizi Gratis (MBG).


Diketahui, data pelajar korban keracunan MBG tembus mencapai angka 5.000 orang dan terbesar di Jawa Barat.


"Yang pertama tentu semua jenis kejadian harus dijadikan bahan evaluasi. Yang kena keracunan, yang sistemnya lamban, yang berbagai hal harus dijadikan pembenahan," kata Cak Imin kepada wartawan di Kantor DPP PKB, Jakarta, Rabu (24/9).


Menteri Koordinator Bidang Pemberdayaan Manusia (Menko PM) ini pun meminta kepada Badan Gizi Nasional (BGN) untuk bisa secara penuh menuntaskan problematik tersebut.


"Tentu saya minta kepada BGN untuk benar-benar menuntaskan problem-problem yang nyata-nyata ada. Nanti kita tunggu," ujarnya.


Selain itu, Fraksi PKB yang berada di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta dipastikannya bakal mengkaji perihal banyaknya siswa yang keracunan usai menyantap MBG.


"Pasti, kita di DPR akan melakukan evaluasi agar sistem pelaksanaannya betul-betul tidak ada yang keracunan," tegasnya.


Dukung Ada Perbaikan

Cak Imin menegaskan, pihaknya mendukung untuk segera dilakukan perbaikan agar tidak ada lagi korban yang keracunan.


"Tapi intinya kami mendukung untuk lakukan perbaikan pelaksanaan dan problem-problem di atasnya dengan cepat," ucapnya.


Kata KSP Qodari

Sebelumnya, Kepala Staf Presiden (KSP) M Qodari mengulas data siswa keracunan Makan Bergizi Gratis (MBG), bahwa tercatat ada sebanyak 5.000 lebih korban di berbagai wilayah Indonesia. Sementara yang terbesar terjadi di Jawa Barat.


"Saya punya data yang disiapkan oleh Kedeputian III KSP. Jadi ada data dari tiga lembaga sebagai berikut. BGN, 46 kasus keracunan, ini pasti yang mau ditanyakan keracunan kan, dengan jumlah penderita 5.080, ini data per 17 September. Kedua dari Kemenkes, 60 kasus dengan 5.207 penderita, data 16 September. Kemudian BPOM, 55 kasus dengan 5.320 penderita, data per 10 September 2025," tutur Qodari di Istana Negara, Jakarta, Senin (22/9).


Qodari menyatakan, ketiga data tersebut terbilang sama meski ada perbedaan angka secara statistik. Keseluruhannya mencapai jumlah 5.000, ditambah dengan kemiripan hasil dari elemen masyarakat seperti Jaringan Pemantau Pendidikan Indonesia yang mencatat sebanyak 5.360 siswa keracunan MBG.


"Berdasarkan asesmen BPOM, nanti follow up-nya kalau mau lebih detail tolong kontak BPOM, puncak kejadian tertinggi pada bulan Agustus 2025 dengan sebaran terbanyak di Provinsi Jawa Barat," jelas dia.


Adapun secara umum, penyebab keracunan MBG antara lain terkait higienitas makanan, suhu makanan dan ketidaksesuaian pengolahan pangan, kontaminasi silang dari petugas, serta indikasi sebagian disebabkan alergi pada penerima manfaat


"Nah, ini contoh bahwa pemerintah tidak tone deaf, tidak buta dan tuli. Pak Mensesneng kan sudah merespon juga kan, Jumat kemarin kan, mengakui adanya itu minta maaf dan akan evaluasi," ujar Qodari.


Catatan Kemenkes


Berdasarkan catatan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) pada September 2025, bahwa pada 1.379 SPPG ada sebanyak 413 yang memiliki SOP Keamanan Pangan dan 312 SPPG yang menjalankan SOP. Hal itu menjadi upaya penyelesaian masalah di setiap rangkaian peristiwa keracunan yang terjadi.


"Dari sini kan sudah kelihatan kalau mau mengatasi masalah ini, maka kemudian SOP-nya harus ada SOP Keamanan Pangan harus ada dan dijalankan. Pada sisi lain, Kemenkes memiliki Sertifikasi Laik Higiene dan Sanitasi, SLHS, sebagai bukti tertulis untuk pemenuhan standar baku mutu dan persyaratan keamanan pangan olahan dan pangan siap saji," kata dia.


TEBAK SKOR BOLA BERHADIAH UANG 1.5 JUTA RUPIAH , KLIK DISINI !!!


Diberdayakan oleh Blogger.