Header Ads

Header ADS

Batu Nisan Berlambang Freemason Ditemukan di Halaman Warga Tegal

 


Temuan ini mendapat perhatian komunitas sejarah lokal, karena memuat logo yang mirip dengan organisasi rahasia Freemason.


Sebuah batu nisan peninggalan era kolonial Belanda dilaporkan telah ditemukan di halaman depan rumah warga di wilayah perbatasan Mejasem, Tegal, Jawa Tengah. Temuan ini mendapat perhatian komunitas sejarah lokal, karena memuat logo yang mirip dengan organisasi rahasia Freemason.


Batu nisan itu memuat nama Leonard Jean Everhard van Rappard, bangsawan Belanda yang lahir di Batavia pada 10 Juli 1845, dan meninggal di “Tagal”, ejaan lama kota Tegal, pada 31 Mei 1882.


Penemuan batu nisan ini pertama kali terlacak lewat pemetaan udara Google Earth oleh Bijak Cendekia Sukarno, atau akrab disapa Bung Jeck, seorang pegiat sejarah Tegal.


“Pertama saya petakan lewat udara, dan ternyata wilayahnya masih masuk administratif Kota Tegal. Saat saya zoom, saya melihat bentuk yang tak biasa—mirip batu nisan. Saya langsung ke lokasi dan benar saja, itu batu nisan orang Belanda,” ujarnya saat dihubungi tegalterkini.id, Sabtu, (19/7/2025).


Meski berada di lingkungan permukiman padat penduduk, lokasi pasti batu nisan tersebut belum diungkap secara publik


“Kami masih merahasiakan lokasi detailnya. Mengingat simbol Freemason terpahat jelas di batu tersebut, kami khawatir kalau sampai ada pihak tak bertanggung jawab—terutama dari kalangan yang percaya dan terobsesi dengan simbol-simbol seperti itu—datang ke lokasi,” tambah bung Jeck.


Batu nisan itu bertuliskan “Jonkheer Leonard Jean Everhard van Rappard” dan terdapat simbol khas Freemason lingkaran dengan penggaris dan kompas. Van Rappard sendiri merupakan nama keluarga bangsawan Belanda yang banyak tercatat dalam struktur kolonial Hindia Belanda pada abad ke-19.


“Saya Sering Mimpi Orang Besar, Tinggi”

Pemilik rumah yang tak mau disebutkan namanya mengaku tidak tahu menahu tentang siapa sebenarnya sosok di balik nisan tersebut.


“Kami pikir cuma batu nisan biasa. Tapi sejak dulu, saya sering mimpi didatangi orang tinggi, besar, diam saja berdiri di depan rumah. Awalnya saya kira mimpi biasa. Tapi setelah tahu ini mungkin nisan milik orang penting, ya kami jadi waswas juga,” ujarnya singkat.


Ia mengaku tidak tahu bahwa nisan itu bisa jadi peninggalan tokoh penting atau keturunan kerajaan Belanda.


Menariknya, pada batu nisan tersebut tertulis “TE TAGAL” alih-alih “TE TEGAL”. Ejaan ini memperkuat jejak sejarah bahwa ejaan nama kota Tegal pada abad ke-19 masih memakai Tagal, sejalan dengan pola pelafalan Belanda saat itu.


Dalam sejarah kolonial, perubahan ejaan nama tempat kerap terjadi sebelum penyeragaman bahasa oleh pemerintah Hindia Belanda. Hal ini juga ditemukan pada nama kota lain seperti Soerabaja (Surabaya) dan Batavia (Jakarta).


Temuan ini menjadi pengingat bahwa jejak masa lalu kerap tersembunyi di tempat yang tidak terduga, halaman rumah warga biasa. Dan seperti banyak kasus sejarah lokal lainnya, pertanyaannya kini bukan hanya “apa yang ditemukan?”, tapi “apa yang akan kita lakukan untuk memaknainya".


TEBAK SKOR GRATIS BERHADIAH UANG 1.5 JUTA RUPIAH , KLIK DISINI !!!


Diberdayakan oleh Blogger.