Donald Trump Surati PM Thailand soal Konflik Perbatasan dengan Kamboja
Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, telah mengirimkan surat kepada Perdana Menteri Thailand, Anutin Charnvirakul. Apa isinya?
Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, telah mengirimkan surat kepada Perdana Menteri Thailand, Anutin Charnvirakul, yang menyatakan harapannya agar Thailand dan Kamboja dapat menyelesaikan ketegangan di perbatasan yang semakin memanas.
Pernyataan ini disampaikan oleh PM Anutin pada hari Kamis, 9 Oktober 2025, dan muncul setelah ia menunjukkan keengganan untuk melibatkan Trump—yang sangat ingin mendapatkan Nobel Perdamaian—dalam perundingan lanjutan antara kedua negara untuk menyelesaikan sengketa wilayah.
Ketegangan di wilayah perbatasan tersebut mencapai puncaknya pada bulan Juli lalu, yang berujung pada bentrokan militer paling mematikan antara Thailand dan Kamboja dalam beberapa dekade terakhir, mengakibatkan lebih dari 40 orang tewas dan sekitar 300.000 orang terpaksa mengungsi.
Meskipun kedua negara telah sepakat untuk melakukan gencatan senjata yang dimediasi oleh Trump dan pihak lainnya setelah lima hari pertempuran, ketegangan tetap berlanjut dengan saling tuduh mengenai pelanggaran kesepakatan.
PM Kamboja, Hun Manet, menyatakan bahwa dia telah mencalonkan Trump untuk Nobel Perdamaian, mengacu pada "diplomasi inovatif" yang berhasil mengakhiri konflik antara Thailand dan Kamboja.
"Presiden Trump mengirim surat kepada saya yang menyatakan keinginannya agar kedua negara, Thailand dan Kamboja, bernegosiasi untuk menemukan solusi atas konflik," ungkap Anutin kepada wartawan di Bangkok.
"Saya akan membalas surat itu dengan menyampaikan posisi kami... dan jika Kamboja memenuhi hal-hal tersebut, Thailand siap melanjutkan prosesnya," tambah dia.
Thailand bersiap negosiasi
PM Anutin mengungkapkan bahwa Thailand bersedia melakukan negosiasi dengan syarat Kamboja menarik senjata berat dari area perbatasan, membersihkan ranjau darat, menindak para penipu daring, serta memindahkan warganya dari wilayah perbatasan yang dianggap sebagai bagian dari Thailand.
Kamboja berpendapat bahwa penduduknya telah menetap di desa-desa perbatasan yang menjadi sengketa tersebut selama beberapa dekade.
Pada hari Rabu (8/10), ketika ditanya mengenai kemungkinan pencalonan Trump untuk Hadiah Nobel oleh Kamboja yang dapat menguntungkan posisi Phnom Penh, Anutin menjawab kepada wartawan,
"Saya hanya peduli pada kepentingan Thailand, keselamatan rakyat Thailand, dan kedaulatan bangsa."
Ia menambahkan, "Kalau ada yang memenangkan penghargaan itu, bagus untuk mereka. Tapi hal itu tidak ada kaitannya dengan apa yang akan dilakukan Thailand."
PM Anutin juga menyatakan bahwa meskipun Thailand dan Kamboja berbagi perbatasan, mediator dalam konflik ini justru berasal dari benua lain.
TEBAK SKOR BOLA BERHADIAH UANG 1.5 JUTA RUPIAH , KLIK DISINI !!!