Header Ads

Header ADS

Mengapa Gerhana Bulan Total Tampak Merah Darah? Ini Penjelasan Ilmiahnya

 


Gerhana bulan didefinisikan sebagai peristiwa astronomi di mana bulan tertutup oleh bayangan yang dihasilkan oleh bumi.


Gerhana bulan adalah salah satu fenomena astronomi paling memukau yang terjadi ketika bulan bergerak ke dalam bayangan Bumi. Peristiwa ini secara khusus hanya dapat diamati saat fase bulan purnama, ketika matahari, bumi, dan bulan berada dalam konfigurasi yang hampir sejajar sempurna.


Kondisi sejajar ini, yang dikenal sebagai syzygy, menempatkan bumi tepat di antara matahari dan bulan, sehingga bayangan bumi jatuh dan menutupi permukaan bulan. Akibatnya, bulan yang biasanya bersinar terang akan tampak meredup atau bahkan berubah warna menjadi kemerahan, menciptakan pemandangan yang spektakuler di langit malam.


Meskipun bulan purnama terjadi setiap bulan, gerhana bulan tidak selalu terjadi secara rutin. Hal ini disebabkan oleh kemiringan orbit bulan terhadap bidang orbit bumi mengelilingi matahari, yang membuat bulan seringkali melewati sedikit di atas atau di bawah bayangan bumi. Fenomena langka ini selalu menarik perhatian para pengamat langit dan ilmuwan.


Mengenal Lebih Dekat Fenomena Gerhana Bulan

Gerhana bulan didefinisikan sebagai peristiwa astronomi di mana bulan tertutup oleh bayangan yang dihasilkan oleh bumi. Peristiwa ini merupakan hasil dari interaksi dinamis antara matahari, bumi, dan bulan dalam sistem orbit mereka yang kompleks.


Kondisi utama terjadinya gerhana bulan adalah ketika ketiga benda langit ini Matahari, Bumi, dan Bulan berada dalam posisi sejajar atau sangat dekat dengan satu garis lurus. Pada saat tersebut, Bumi berada tepat di tengah, memblokir cahaya Matahari agar tidak langsung mencapai Bulan, sehingga bayangan Bumi menyelimuti Bulan.


Namun, gerhana bulan tidak terjadi setiap bulan purnama karena orbit Bulan mengelilingi Bumi memiliki kemiringan sekitar 5 derajat terhadap bidang ekliptika, yaitu bidang orbit Bumi mengelilingi Matahari. Kemiringan ini menyebabkan Bulan seringkali berada di atas atau di bawah bayangan Bumi, sehingga gerhana hanya terjadi ketika Bulan melintasi salah satu titik perpotongan orbitnya dengan ekliptika, yang disebut node.


Jenis-jenis Gerhana Bulan dan Bayangan Bumi

Bumi menghasilkan dua jenis bayangan yang memengaruhi penampakan Bulan selama gerhana: umbra dan penumbra. Umbra adalah bagian bayangan inti yang paling gelap dan sempit, di mana cahaya Matahari sepenuhnya terhalang. Sementara itu, penumbra adalah bayangan luar yang lebih besar dan redup, di mana cahaya Matahari hanya terhalang sebagian.


Berdasarkan bagaimana Bulan melintasi bayangan Bumi, terdapat tiga jenis utama gerhana bulan. Pertama, Gerhana Bulan Total, yang terjadi ketika seluruh Bulan masuk ke dalam bayangan umbra Bumi. Selama fase ini, Bulan dapat tampak berwarna merah atau oranye gelap.


Kedua, Gerhana Bulan Sebagian (Parsial), di mana hanya sebagian Bulan yang masuk ke dalam bayangan umbra Bumi, menyebabkan bagian Bulan yang tertutup bayangan tampak gelap. Ketiga, Gerhana Bulan Penumbral, yang terjadi ketika Bulan hanya melewati bayangan penumbra Bumi. Efeknya sangat samar dan sulit diamati dengan mata telanjang karena Bulan hanya sedikit meredup.


Misteri 'Bulan Darah': Penjelasan Ilmiah di Balik Warna Merah

Fenomena Bulan yang tampak merah saat gerhana bulan total sering disebut sebagai 'Blood Moon' atau 'Bulan Darah'. Warna kemerahan ini bukanlah karena Bulan memancarkan cahaya merah, melainkan hasil dari fenomena ilmiah yang dikenal sebagai Hamburan Rayleigh.


Cahaya Matahari, meskipun tampak putih, sebenarnya terdiri dari berbagai warna dengan panjang gelombang yang berbeda. Saat cahaya Matahari melewati atmosfer Bumi, partikel-partikel di atmosfer, seperti molekul gas, tetesan air, dan debu, akan menghamburkan cahaya tersebut.


Hamburan Rayleigh menjelaskan mengapa warna dengan panjang gelombang yang lebih pendek, seperti biru dan ungu, lebih mudah dihamburkan oleh partikel-partikel di atmosfer. Inilah alasan mengapa langit terlihat biru di siang hari.


Sebaliknya, cahaya dengan panjang gelombang yang lebih panjang, seperti merah dan oranye, cenderung lolos dari hamburan dan dapat menembus atmosfer Bumi. Cahaya merah inilah yang kemudian dibiaskan atau dibelokkan oleh atmosfer Bumi dan mencapai permukaan Bulan. Akibatnya, Bulan yang seharusnya gelap karena tertutup bayangan Bumi, justru tampak berwarna kemerahan, menciptakan efek 'bulan darah' yang memukau.


Intensitas warna merah Bulan selama gerhana dapat bervariasi tergantung pada kondisi atmosfer Bumi pada saat itu. Jumlah partikel debu, tetesan air, awan, dan kabut di atmosfer dapat memengaruhi corak warna merah. Semakin banyak debu atau awan di atmosfer Bumi, semakin merah Bulan akan terlihat, memberikan nuansa yang berbeda pada setiap peristiwa gerhana.


Frekuensi dan Visibilitas Gerhana Bulan

Secara rata-rata, terjadi sekitar tiga gerhana bulan setiap tahun. Namun, jumlah ini dapat bervariasi, di mana dalam beberapa tahun bisa tidak ada gerhana bulan sama sekali, sementara di tahun lain bisa terjadi hingga empat gerhana. Gerhana bulan total, yang paling spektakuler, cenderung lebih jarang terjadi dibandingkan gerhana bulan sebagian.


Durasi gerhana bulan total dapat berlangsung cukup lama, hingga hampir dua jam, dengan fase totalitasnya berkisar antara 30 menit hingga lebih dari satu jam. Durasi yang lebih panjang ini berbeda dengan gerhana Matahari yang hanya berlangsung beberapa menit di lokasi tertentu.


Berbeda dengan gerhana Matahari yang hanya dapat dilihat dari area geografis yang terbatas, gerhana bulan dapat diamati dari mana saja di sisi malam Bumi. Keuntungan lainnya adalah gerhana bulan aman untuk dilihat dengan mata telanjang tanpa memerlukan perlindungan mata khusus, menjadikannya fenomena yang mudah diakses oleh siapa saja.


Antisipasi Gerhana Bulan Mendatang

Menurut catatan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), gerhana bulan total berikutnya diproyeksikan akan terjadi pada 7 September 2025. Tahun 2025 menjadi istimewa karena akan terjadi dua kali gerhana bulan total, dengan yang pertama berlangsung pada 13-14 Maret 2025 dan yang kedua pada 7-8 September 2025.


Gerhana bulan total pada 7-8 September 2025 diperkirakan akan terlihat di seluruh wilayah Indonesia, meskipun di beberapa daerah timur Bulan mungkin sudah terbenam sebelum seluruh fase gerhana berakhir. Peristiwa ini merupakan salah satu akibat dari pergerakan posisi Matahari, Bumi, dan Bulan yang dinamis, yang dapat diprediksi secara akurat oleh para ilmuwan.


Kepala Stasiun Geofisika BMKG Kendari, Rudin, menjelaskan bahwa fenomena ini hanya terjadi pada saat fase purnama dan dapat diprediksi sebelumnya, menegaskan bahwa gerhana bulan bukanlah kejadian acak. Keindahan gerhana bulan total ini dapat dinikmati langsung dengan mata telanjang tanpa alat bantu khusus, menjadikannya kesempatan langka bagi masyarakat untuk menyaksikan keajaiban alam.


TEBAK SKOR GRATIS BERHADIAH UANG 1.5 JUTA RUPIAH , KLIK DISINI !!!



Diberdayakan oleh Blogger.