Header Ads

Header ADS

Utang Pemerintah Tembus Rp10.269 Triliun di Akhir 2024

 


Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan kewajiban negara mencapai Rp10.269,0 triliun pada akhir tahun 2024. Kewajiban negara ini meliputi utang jangka pendek dan panjang.


Sementara itu, ekuitas negara mencapai Rp3.423,4 triliun. Angka ini juga menunjukkan kenaikan dari catatan tahun 2023 sebesar Rp9.536,7 triliun, sedangkan ekuitas pada tahun 2023 tercatat Rp3.536,1 triliun.


"Posisi ini menggambarkan kekayaan bersih negara dan kapasitas fiskal yang dapat diandalkan untuk mendukung pembangunan nasional yang berkelanjutan," kata Sri Mulyani di DPR, Jakarta, Selasa 1 Juli 2025.


Sementara itu, Sri Mulyani mengumumkan bahwa saldo anggaran lebih (SAL) dari pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) tahun anggaran 2024 mencapai angka Rp459,5 triliun.

Sri Mulyani menjelaskan, setelah seluruh pemanfaatan untuk mendukung pembiayaan APBN serta memperhitungkan sisa lebih pembiayaan anggaran (SILPA) dan penyesuaian lainnya, saldo akhir tahun kas negara pada 2024 tercatat sebesar Rp457,5 triliun.


"Saldo ini pada level memadai dan berfungsi untuk menyangga fiskal terutama di dalam masa transisi pemerintahan dan menghadapi berbagai kemungkinan risiko dinamis global," kata Sri Mulyani dalam Rapat Paripurna.


Selain itu, neraca pemerintah Indonesia menunjukkan penguatan yang berkelanjutan hingga akhir tahun 2024, tepatnya per 31 Desember 2024. Menkeu mengungkapkan peningkatan signifikan pada total aset negara.


Menurut Sri Mulyani, total aset negara pada tahun 2024 telah mencapai Rp13.692,4 triliun. Angka ini mengalami kenaikan dibandingkan catatan tahun 2023 yang sebesar Rp13.072,8 triliun.


Dari sisi operasional, pendapatan yang berhasil dihimpun sepanjang tahun 2024 tercatat sebesar Rp3.115,3 triliun. Namun, pendapatan ini masih lebih rendah dibandingkan beban operasional yang mencapai Rp3.353,6 triliun, sehingga menghasilkan defisit operasional sebesar Rp238,3 triliun.

"Di sisi lain, kegiatan non-operasional mencatatkan surplus Rp22,7 triliun, sehingga defisit operasional secara keseluruhan tercatat Rp215,7 triliun," tambah Sri Mulyani.


Sebagai pelengkap informasi keuangan, Sri Mulyani juga mengungkapkan bahwa Laporan Arus Kas Tahun 2024 menunjukkan aktivitas pendanaan dan aktivitas transitoris mencatat arus kas positif. Di sisi lain, aktivitas operasi dan aktivitas investasi mencatatkan arus kas negatif. 


Meskipun demikian, Sri Mulyani menganggap arus kas negatif dari aktivitas investasi ini mencerminkan komitmen pemerintah untuk terus melakukan investasi produktif, yang bertujuan mendorong akselerasi pembangunan nasional.


TEBAK SKOR GRATIS BERHADIAH UANG 1.5 JUTA RUPIAH , KLIK DISINI !!!


Diberdayakan oleh Blogger.