Selamat Jalan Adikku Suryadharma Ali
Surya Dharma Ali adalah teman dekat saya sewaktu kuliah di IAIN yang sekarang berganti nama menjadi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Kami sama-sama kuliah di Fakultas Tarbiyah. Beliau adik kelas saya, namun kami sama-sama tinggal di asrama putra IAIN Jakarta. Dia aktif di organisasi ekstra kampus PMII, sementara saya di IMM, dan Azyumardi Azra, yang juga merupakan teman dekatnya, aktif di HMI.
Sewaktu menjadi mahasiswa, kami sering terlibat dalam kegiatan intra kampus. Surya Dharma adalah mahasiswa yang pintar dan aktif berorganisasi. Dia memang memiliki bakat kepemimpinan yang cukup menonjol. Saat saya menjalani ujian skripsi bersama teman sekelas saya, Ace Saifuddin, yang juga teman dekatnya, dia hadir memberi semangat.
Namun, lama kemudian kami tidak pernah lagi bertemu. Ketika saya menjadi panitia dialog pengusaha Muhammadiyah dengan pengusaha nasional pada tahun 1990-an, terutama pengusaha keturunan Tionghoa seperti Mochtar Riady dari Grup Lippo, Hari Dharmawan dari Matahari Departement Store, dan Kahfi Kurnia dari Hero Supermarket, saya terkejut karena panelis dari Hero Supermarket bukan Kahfi Kurnia, melainkan Surya Dharma Ali.
Saya benar-benar kagum dengan penampilannya karena dia sangat fasih berbicara tentang bisnis beserta segala liku-likunya. Saya berharap dia terjun ke dunia bisnis secara serius, apalagi Hero Supermarket saat itu sedang naik daun. Kami ingin banyak anak muda dari kalangan Islam dan penduduk asli yang mau fokus ke dunia bisnis seperti anak muda keturunan Tionghoa, dan Surya Dharma adalah salah satu yang kami harapkan untuk itu.
Namun sayang, kemudian beliau tampak lebih tertarik dengan dunia politik dan memilih Partai Persatuan Pembangunan (PPP) sebagai partainya. Kiprah Surya Dharma Ali dalam politik cukup sukses sehingga ia terpilih menjadi Ketua Umum PPP dan menjabat Menteri Koperasi serta Menteri Agama.
Ketika beliau menjadi Menteri Agama, saya sering bertemu sambil memberi saran-saran yang saya anggap penting. Salah satu saran yang sangat beliau dengar namun beliau akui belum bisa laksanakan adalah agar pejabat di Kementerian Agama tidak hanya didominasi oleh kelompok tertentu saja.
Saya melihat hal ini seharusnya tidak terlalu berat bagi Pak Menteri karena ia adalah Ketua Umum partai yang anggotanya berasal dari berbagai ormas yang beraneka ragam. Beliau berjanji akan mewujudkan hal tersebut.
Namun ketika ada pelantikan eselon tiga dan empat di kementerian yang dipimpinnya, salah seorang pegawai memberi tahu saya bahwa tidak ada satupun dari organisasi tempat saya berasal yang diangkat. Saya kemudian menghubungi beliau, dan beliau minta maaf karena belum bisa melaksanakan apa yang saya harapkan.
Tidak lama kemudian, beliau tersangkut masalah dan ditahan di Lapas Sukamiskin, Bandung. Saya datang membesuk sambil bertanya apakah teman-teman beliau yang dulu dekat sudah datang melihat. Jawabannya sungguh membuat saya terkejut.
“Apa katanya?” tanya saya.
“Setan semua,” kata beliau sambil bersisungut.
“Sabar saja,” kata saya menghiburnya.
“Begitulah hidup,” kata saya.
TEBAK SKOR GRATIS BERHADIAH UANG 1.5 JUTA RUPIAH , KLIK DISINI !!!