MBG untuk Ibu Hamil, Menyusui hingga Balita Segera Dijalankan, BKKBN: Ini Satu-Satunya di Dunia
Pemerintah segera menjalankan Program Makan Bergizi Gratis (MBG) untuk ibu hamil hingga balita. Menteri Kependudukan dan Pembangunan Keluarga (Mendukbangga)/Kepala BKKBN Wihaji mengklaim program tersebut merupakan satu-satunya di dunia.
Menurut dia, Indonesia sebagai salah satu negara berkembang dalam hal pemberian MBG tersebut mampu mendahului negara-negara maju. Selain itu, kata Wihaji, Indonesia menjadi salah satu pionir dalam pemberian nutrisi untuk mencegah stunting pada 1.000 hari pertama kehidupan atau usia 0-2 tahun.
"Kalau anak-anak sekolah, sudah banyak negara yang memberikan, tetapi kalau ibu hamil, ibu menyusui, ini satu-satunya di dunia. Dan ini (MBG) perintah Pak Presiden," katanya di Kantor Kemendukbangga/BKKBN, Jakarta, Rabu (2/7).
Pada Senin (1/7), Kemendukbangga/BKKBN telah mengadakan rapat kerja bersama Komisi IX DPR RI, Kementerian Kesehatan, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), serta Badan Gizi Nasional (BGN) dalam rangka mematangkan skema pemberian MBG untuk ibu hamil, ibu menyusui. hingga balita.
"Karena anak-anak sekolah sedang libur, nanti tetap berjalan (pemberian MBG), dan khusus ibu menyusui, balita, dan ibu hamil (juga tetap berjalan), tetapi dimatangkan untuk pendataan sekarang, untuk tiga minggu ke depan," ujar dia.
Dia menjelaskan, pemerintah akan terus berkolaborasi untuk memberikan nutrisi terbaik bagi masyarakat, utamanya pada 1.000 hari kehidupan guna memastikan gizi ibu hamil, ibu menyusui, dan balita tercukupi untuk menyongsong Indonesia Emas 2045.
"Secara nutrisi, kemarin yang sangat bagus itu untuk memastikan semua balita, ibu hamil, ibu menyusui, dan balita non-PAUD harus ditangani oleh BGN, tenaganya Kemendukbangga, pendistribusiannya Kemendukbangga, begitu juga datanya Kemendukbangga, tetapi fisiknya, materi, dan MBG-nya dari BGN," katanya.
Target 1,4 Juta Keluarga Stunting
Sebelumnya, Wihaji menyatakan akan memprioritaskan menangani 1,4 juta keluarga risiko stunting di desil 1 atau kelompok rumah tangga miskin yang menempati 10 persen terbawah dalam tingkat kesejahteraan secara nasional.
"Berdasarkan sistem informasi keluarga, dari 42 juta pasangan usia subur, ada 8,6 juta keluarga risiko stunting di desil 1 (miskin) sebanyak 1,4 juta, ini menjadi prioritas," kata Mendukbangga/Kepala BKKBN Wihaji dalam rapat kerja bersama Komisi IX DPR RI di Jakarta, Selasa (1/7).
Mendukbangga juga mengemukakan pentingnya melibatkan tokoh agama, tokoh adat, maupun tokoh masyarakat dalam rangka penurunan angka stunting, mengingat di daerah, masyarakat sebagian besar masih lebih mendengarkan atau mempercayai para tokoh tersebut.
"Kita akan menangani nutrisi, akses air bersih, serta edukasi pencegahan dan penanganan yang juga sangat penting. Kadang, masyarakat lebih menghormati tokoh agama dan tokoh adat, ini juga mempengaruhi perilaku pencegahan stunting," ujar dia.
TEBAK SKOR GRATIS BERHADIAH UANG 1.5 JUTA RUPIAH , KLIK DISINI !!!